Konsep Prinsip Pembelajaran dan Asesmen pada Kurikulum Merdeka

Pembelajaran Asesmen Kurikulum Merdeka Belajar

Madrasahdigital.net. Kajian Akademik atau Naskah Akademik Kurikulum Merdeka menjelaskan tentang Prinsip Pembelajaran dan Asesmen sebagai tema kelima dalam rancangan kurikulum merdeka. Diharapkan dapat memberikan gambaran karakteristik pembelajaran kurikulum merdeka.


Kedudukan Prinsip Pembelajaran dan Asesmen di Struktur Kurikulum Merdeka

Prinsip Pembelajaran dan Asesmen adalah bagian dari kerangka kurikulum yang utamanya merujuk pada Standar Proses dan Standar Penilaian dari Standar Nasional Pendidikan. Prinsip Pembelajaran dan Asesmen dirumuskan untuk menjadi rujukan bagi seluruh pemangku kepentingan yang berkaitan dengan pembelajaran dan asesmen, terutama guru, pimpinan sekolah, dan termasuk juga pengembang kurikulum dan perangkat ajar.

Di satuan pendidikan, Prinsip Pembelajaran  dan Asesmen perlu menjadi landasan dalam merancang kebijakan dan praktik pembelajaran dan asesmen kelas.

Prinsip Pembelajaran dan Asesmen dirancang dengan pertimbangan bahwa menentapkan Capaian Pembelajaran saja tidak cukup untuk dapat mencapai karakter dan kompetensi yang perlu dikembangkan dalam setiap diri pelajar Pancasila. Karakter juga secara efektif terbangun melalui pengalaman belajar, interaksi antara guru dan siswa, peraturan dan pembiasaan (routine) dalam kelas, dan strategi pengelolaan kelas (classroom management).

Selain itu, apa yang dinilai dari kegiatan  belajar yang siswa alami serta bagaimana hasil asesmen digunakan untuk kepentingan belajar mereka pun akan mempengaruhi karakter siswa, terutama sikap mereka terhadap belajar dan perkembangan pola pikir bertumbuh (growth mindset) (OECD 2021a).

Oleh karena itu, aktivitas pembelajaran dan asesmen perlu dirancang dan dikelola dengan baik, sehingga pemerintah perlu memberikan panduan yang tidak bersifat teknis namun berupa prinsip- prinsip agar para pendidik dapat memahami apa yang diharapkan dari pembelajaran dan asesmen yang mereka rancang dan terapkan.

Peran Pemerintah terkait Pembelajaran dan Asesmen

Pemerintah hanya mengatur prinsip dari pembelajaran dan asesmen. Artinya, tidak ada arahan yang preskriptif atau aturan yang konkrit tentang bagaimana guru harus membuat perencanaan, mengajar, dan melakukan asesmen.

Dengan demikian, pembelajaran dan asesmen dapat beragam sesuai dengan kondisi dan konteks pembelajaran di masing-masing kelas dan satuan pendidikan, namun semuanya berlandaskan pada prinsip-prinsip yang sama. Hal ini sejalan dengan semangat Merdeka Belajar dan prinsip perancangan kurikulum yang fleksibel dan memberikan otonomi kepada satuan pendidikan dan guru.

Penerapan Pembelajaran dan Asesmen di Dunia

Pendekatan kebijakan yang mengatur prinsip pembelajaran dan prinsip asesmen dalam Kurikulum Merdeka juga digunakan di beberapa negara, seperti Finlandia yang memuat prinsip pembelajaran dan prinsip asesmen dalam dokumen kurikulum mereka (Finnish National Board of Education, 2014), Selandia Baru (https://nzcurriculum.tki.org.nz/Principles), dan salah satu negara bagian di Kanada yaitu Ontario (Ontario Ministry of Education, 2010).

Dalam dokumen National Core Curriculum for Basic Education 2014, pemerintah Finlandia memaparkan secara komprehensif asesmen yang diharapkan untuk diimplementasikan di sekolah. Paparan ini tidak menjelaskan teknik-teknik asesmen yang perlu diikuti guru, melainkan pemahaman tentang pentingnya asesmen untuk membangun budaya yang mendukung pembelajaran. Untuk mencapai hal tersebut, bab asesmen dalam dokumen standar Finlandia tersebut menjelaskan prinsip-prinsip asesmen yang perlu melandasi kebijakan dan praktik asesmen di sekolah dan kelas.

Demikian pula dalam dokumen kebijakan asesmen, evaluasi, dan pelaporan hasil belajar yang dikeluarkan pemerintah Ontario, Canada. Pemerintah Ontario menetapkan prinsip-prinsip asesmen beserta konteks pembelajarannya.

Kebijakan Kemendikbudristek

Belajar dari strategi yang dilakukan negara maju tersebut, Kemendikbudristek menerbitkan Panduan Pembelajaran dan Asesmen sebagai pegangan guru untuk mendapatkan gambaran yang lebih konkrit dan sebagai inspirasi untuk mengembangkan pembelajaran dan asesmen. Hal-hal yang disampaikan dalam panduan tersebut sama sekali tidak mengikat sebagai aturan, melainkan berupa contoh-contoh yang dapat diikuti atau dimodifikasi.

Prinsip pembelajaran yang dikembangkan tidak lepas dari pengaruh pandangan Pendidikan Ki Hajar Dewantara, terutama tentang Panca Dharma dan sistem among. Panca Dharma adalah pandangan bahwa pendidikan adalah untuk transfer budaya antar generasi yang memajukan budaya, namun tetap dengan identitas khas bangsa menuju  ke arah keseluruhan hidup kemanusiaan.

Pendidikan harus memberikan kemerdekaan pada anak-anak menuju kepada keluhuran dan kebahagiaan hidup. Sistem among adalah model pembelajaran yang menerapkan nilai- nilai dengan memberi keteladanan (ing ngarso sung tulodo), membangun kemauan (ing madyo mangun karso), dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran (tut wuri handayani) (Dewantara, 2013).

Pengaruh Teori Konstruktivisme

Selaras dengan Capaian Pembelajaran, Prinsip Pembelajaran dan Asesmen juga dipengaruhi oleh teori belajar konstruktivisme. Menurut teori ini, proses belajar adalah proses konstruksi dan rekonstruksi pemahaman yang berlangsung terus menerus. Proses pembelajaran ini dikenal sebagai learning, relearning, dan unlearning.

Proses learning adalah proses belajar suatu hal yang baru dan relearning adalah penguatan hal yang telah dipelajarinya. Sementara itu, unlearning adalah suatu proses belajar hal baru yang mengoreksi hal yang semula dipahami atau merombak konstruksi pemahaman  mereka (Eggen dan Kauchak, 2016).

Proses learning, relearning, dan unlearning ini tidak sebatas proses yang terjadi di ruang kelas; setiap peserta didik mengkonstruksikan pemahamannya melalui berbagai proses belajar baik belajar di ruang kelas, luar kelas, bahkan juga di luar sekolah, sehingga tahap capaian pemahaman anak-anak di kelas yang sama bisa berbeda-beda, meskipun usia mereka relatif sama.

Hal ini melandasi prinsip pembelajaran yang perlu memperhatikan keberagaman, bukan saja keragaman antar daerah atau  satuan pendidikan, tetapi juga antar individu peserta didik.

Keterkaitan Asesmen dengan Pembelajaran

Oleh karena pemahaman yang telah dimiliki (existing understanding) setiap individu peserta didik bisa jadi bervariasi, maka asesmen formatif menjadi penting karena asesmen ini, atau dikenal juga sebagai asesmen kelas (classroom assessment), memberikan informasi tentang kompetensi atau pemahaman yang telah dicapai peserta didik.

Umpan balik pembelajaran adalah komponen yang sangat penting dalam asesmen formatif karena digunakan oleh pendidik dan peserta didik dalam menilai diri mereka dan satu sama lain. Pendidik kemudian dapat memodifikasi rencana pembelajaran dan aktivitas belajar peserta didik berdasarkan hasil umpan balik asesmen formatif tersebut (Lambert dan Lines, 2000).

Singkatnya, umpan balik dari asesmen formatif digunakan sebagai landasan untuk merancang pembelajaran termasuk tujuan, materi, dan aktivitas yang akan dilakukan. Oleh karena itu, proses pembelajaran dan asesmen formatif adalah dua hal yang saling berkaitan erat, dan hal ini dinyatakan dalam Prinsip Pembelajaran dan Asesmen.


Sumber: Kajian Akademik Kurikulum untuk Pemulihan Pembelajaran, 2022

Materi Rancangan Kurikulum Merdeka

Loading