Prinsip 1. Prinsip Sederhana dalam Rancangan Kurikulum Merdeka

Prinsip Sederhana Kurikulum Merdeka

Madrasahdigital.net. Kajian Akademik Kurikulum untuk Pemulihan Pembelajaran atau Naskah Akademik Kurikulum Merdeka membahas Prinsip Perancangan yaitu Prinsip Sederhana Kurikulum Merdeka.


Prinsip Sederhana pada Kurikulum Merdeka

Prinsip kerja perancangan kurikulum yang pertama adalah sederhana. Maksudnya, rancangan kurikulum perlu mudah dipahami dan diimplementasikan.

Rancangan kurikulum ataupun inovasi pendidikan lainnya menjadi lebih sederhana bagi pendidik apabila perubahannya tidak terlalu jauh daripada yang sebelumnya.

Namun apabila perubahannya cukup besar, dapat disederhanakan dengan cara memberikan dukungan implementasi yang bertahap agar tingkat kesulitannya tidak terlalu besar untuk pendidik (Fullan, 2007; OECD 2020a).

Berikut adalah poin-poin utama yang diperhatikan dengan merujuk pada prinsip ini:

1. Melanjutkan kebijakan dan praktik baik yang telah diatur sebelumnya

Melanjutkan kebijakan dan praktik baik yang telah diatur sebelumnya. Perubahan sedapat mungkin hanya ditujukan untuk hal-hal yang memang dinilai perlu diubah. Artinya, perubahan tidak dilakukan sekadar untuk membedakan dari rancangan sebelumnya (misalnya atas alasan memberikan warna baru semata).

Dengan demikian, beberapa aspek dalam Kurikulum Merdeka sebenarnya merupakan kelanjutan saja dari Kurikulum 2013 atau bahkan kurikulum yang sebelumnya.

Sebagai contoh, upaya untuk menguatkan pengembangan kompetensi dan karakter telah dimulai bahkan sejak awal tahun 2000an, dengan adanya Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK).

Tujuan dari Kurikulum Merdeka tidak berubah, namun strateginya dikuatkan lagi, diantaranya melalui pengintegrasian model pembelajaran melalui projek ke dalam struktur kurikulum. Dengan masuknya pembelajaran projek dalam struktur kurikulum, kegiatan yang berorientasi pada kompetensi umum (general competencies, transversal skills) dan pengembangan karakter ditempatkan sebagai bagian dari proses pembelajaran yang wajib dilakukan seluruh peserta didik.

Kebijakan lain yang telah diinisiasi oleh kurikulum-kurikulum sebelumnya pun diteruskan dan dikuatkan dalam Kurikulum Merdeka. Diantaranya adalah penguatan literasi dasar di PAUD dan SD kelas awal.

Kebijakan ini diteruskan, dan beberapa masalah pembelajaran literasi dini (early literacy) dicoba untuk diatasi melalui penguatan kegiatan bermain-belajar berbasis buku bacaan anak.

Selain itu kebijakan yang dikuatkan terus adalah penguatan literasi teknologi, literasi finansial, kesadaran kondisi lingkungan, penguatan pembelajaran sesuai minat, bakat, dan aspirasi di jenjang SMA, serta penguatan pelajaran Bahasa Inggris di jenjang SD.

Inovasi Sederhana

Dalam kajianya tentang implementasi kurikulum baru di beberapa negara berkembang di Asia dan Afrika, Rogan (2003) menyatakan bahwa inovasi baru yang diperkenalkan sebaiknya tidak terlalu jauh dari kebijakan yang ada saat ini, masih berada dalam apa yang disebut Rogan sebagai “zone of feasible innovation” atau zona di mana suatu inovasi masih memungkinkan untuk diterapkan.

Perubahan yang tidak drastis akan membantu memudahkan proses implementasi atau proses belajar guru.

Prinsip ini juga membantu perancang untuk mengidentifikasi lebih jeli tentang apa yang sebenarnya memang perlu diubah, sebelum menawarkan ide-ide baru dalam perancangan kurikulum.

Prinsip Sederhana Kurikulum Merdeka bisa diartikan tidak mesti merubah total, tapi bisa melanjutkan kebijakan atau praktik baik yang telah diatur sebelumnya. Seperti fokus pada pengembangan kompetensi dan karakter, literasi dasar di PAUD dan SD.

2. Rancangan yang logis dan jelas

Rancangan yang logis dan jelas juga merupakan hal yang penting untuk memastikan bahwa rancangan kurikulum cukup sederhana untuk dipahami dengan mudah terutama oleh pemangku kepentingan yang utama, yaitu guru.

Fullan (2007) menyatakan bahwa kejelasan (clarity), kompleksitas (complexity), dan kepraktisan (practicality) suatu inovasi merupakan bagian dari faktor yang menentukan keberhasilan perubahan pendidikan. Menurutnya, meskipun guru sudah memahami adanya masalah yang perlu diatasi melalui perubahan kebijakan, kadang penolakan terhadap kebijakan tersebut terjadi karena guru tidak memahami arah perubahannya atau menganggapnya terlalu sulit untuk diimplementasikan dalam konteks mereka.

Oleh karena itu, konteks dan situasi di mana kurikulum tersebut akan diimplementasikan adalah informasi yang sangat berharga bagi perancang kurikulum.

3. Beragam dukungan dan bantuan untuk mengimplementasikan kurikulum

Beragam dukungan dan bantuan untuk mengimplementasikan kurikulum perlu disediakan, terutama ketika perubahan kurikulum cukup kompleks.

Sebagai contoh, kurikulum operasional yang digunakan satuan pendidikan dikuatkan kembali dalam Kurikulum Merdeka. Kurikulum 2006 atau Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) juga menekankan pentingnya pengembangan kurikulum yang lebih konkrit dan operasional di setiap satuan pendidikan.

Namun demikian, kebijakan tersebut kemudian digantikan oleh Kurikulum 2013 berdasarkan evaluasi bahwa banyak sekolah di Indonesia kesulitan dalam mengembangkan kurikulum yang otentik (Kemendikbud, 2019).

Hal ini cukup disayangkan mengingat untuk negara besar dan beragam seperti Indonesia, kurikulum operasional yang cenderung seragam untuk semua satuan pendidikan tidak sesuai. Bahkan di banyak negara yang lebih kecil seperti Finlandia dan negara-negara eropa lainnya pun arah kebijakannya adalah desentralisasi pengembangan kurikulum (OECD, 2020b; UNESCO, 2017a).

Oleh karena itu, ketika kurikulum operasional ini kembali dikuatkan dalam Kurikulum Merdeka, Pemerintah perlu memberikan bantuan kepada satuan pendidikan agar mereka dapat mengembangkannya.

Bantuan ini dapat diberikan dengan memberikan beberapa contoh-contoh produk kurikulum operasional dan memberikan ruang kepada seluruh sekolah untuk berbagi contoh kurikulum yang mereka kembangkan untuk menjadi inspirasi kepada sekolah lainnya, di samping memberikan pelatihan dan pendampingan.

Langkah ini lebih jauh daripada sekadar memberikan panduan atau pedoman yang masih abstrak dan tidak cukup sederhana untuk dipahami oleh pendidik.

Hakikat Prinsip Sederhana di Kurikulum Merdeka

Dengan demikian, prinsip perubahan yang sederhana ini bukan berarti kurikulum (kurikulum merdeka) yang dirancang harus seminimal mungkin perbedaannya dengan kurikulum yang lalu.

Apabila hasil kajian menunjukkan bahwa perubahan besar perlu dilakukan, yang perlu disiapkan adalah bantuan dan dukungan bagi pendidik dan satuan pendidikan untuk dapat mengimplementasikannya dengan lebih mudah dan efektif.

Prinsip sederhana ini (di kurikulum merdeka) sangat penting dan melandasi banyak keputusan tentang rancangan kurikulum. Namun demikian, perancang kurikulum tidak dapat hanya berbasis pada prinsip kesederhanaan perubahan yang cenderung menarik keputusan ke arah yang lebih konservatif (mempertahankan cara lama).

Pertimbangan lain yang juga penting diantaranya adalah kesesuaian rancangan dengan tujuan utama pembelajaran yaitu untuk mengembangkan kompetensi dan karakter yang termuat dalam profil Pelajar Pancasila.


Sumber: Kajian Akademik Kurikulum untuk Pemulihan Pembelajaran, 2022

Materi Rancangan Kurikulum Merdeka

Loading