Desain dan Pendekatan Pengembangan Kurikulum Merdeka

KurikulumMerdeka2024. Naskah Akademik Kurikulum Merdeka pada kerangka dasar membahas tentang desain dan pendekatan pengembangan kurikulum.

Desain dan Pendekatan Pengembangan Kurikulum Merdeka

Bagian ini menjelaskan 2 tema yaitu desain kurikulum dan pendekatan pengembangan kurikulum.

Ornstein dan Hunkins (2018, pp. 188–200) mengidentifikasi tiga desain kurikulum yang dapat menjadi acuan

Desain yang paling dominan terpakai adalah yang berbasis mata pelajaran (subject design), yakni penataan kurikulum melalui mata pelajaran, baik yang di pelajari secara tersendiri maupun bersamaan yang di satukan oleh tema atau topik-topik yang saling terkait (correlated design).

Desain kedua sebagai learner-centered design dan

yang ketiga sebagai problem-centered design.

Pada desain kedua dan ketiga bukan berarti tanpa mata pelajaran sama sekali, melainkan lebih pada penekanan pada kurikulum yang harus dapat mengakomodasi kebutuhan siswa di satu sisi dan penekanan pada kurikulum yang dapat menjawab atau mengatasi masalah-masalah riil di sisi lain.

Lebih fokus lagi dalam wilayah pengembangan kurikulum, Ornstein dan Hunkins (2018) mengidentifikasi beberapa kategori lain dari pendekatan kurikulum.

Pertama adalah pendekatan behavioral yang menekankan pentingnya efisiensi dan efektivitas dalam menyusun kurikulum.

Kedua adalah pendekatan manajerial yang merekomendasikan peran penting supervisor atau pengawas sekolah, ahli kurikulum, dan kepala sekolah, merupakan faktor kunci keberhasilan perubahan kurikulum.

Pendekatan ketiga fokus pada sistem, yakni melihat bahwa pengembangan kurikulum melibatkan banyak komponen, faktor, dan level dari pemerintah pusat, daerah, hingga sekolah dan ruang kelas.

Pendekatan keempat adalah pendekatan akademik yang menjadikan produksi ilmu pengetahuan sebagai basis pengembangan kurikulum.

Berikutnya adalah pendekatan humanistik dan postmodern yang merekomendasikan perlunya kurikulum melayani kebutuhan belajar manusia yang beragam, termasuk mengaitkannya dengan isu keadilan sosial dan potensi pendidikan sebagai pendorong transformasi sosial.

Secara lebih metodologis dalam pengembangan kurikulum, Richards (2013) mengategorisasikan pendekatan pengembangan kurikulum menjadi 3 (tiga), yaitu forward, central, dan backward.

Pada pendekatan forward atau maju ke depan, proses pengembangan kurikulum mulai dengan identifikasi materi pelajaran sebagaimana dalam pendekatan tradisional.

Secara linier pendekatan ini mulai dari

  • penentuan materi yang hendak dipelajari,
  • menyusun silabus dan
  • menentukan metode pembelajaran (proses), dan
  • diakhiri dengan asesmen untuk mengetahui hasil belajarnya.

Sementara itu pendekatan central atau tengah-tengah, pengembangan kurikulum mulai dengan

  • menentukan metode pembelajaran,
  • baru kemudian diikuti dengan menentukan materi dan teknik asesmen.

Pendekatan ini juga familier disebut dengan pendekatan proses (process approach) dan progresivisme.

Berbeda dari kedua pendekatan tersebut, pendekatan backward merekomendasikan pengembangan kurikulum dimulai dengan

  • identifikasi tujuan akhirnya apa (outcomes),
  • baru dilanjut menentukan materi,
  • proses, dan
  • teknik asesmen.

Pengembangan tersebut perlu memperhatikan beberapa komponen penting dari kurikulum, yaitu

  • lingkup (scope),
  • urutan (sequence),
  • keberlanjutan (continuity),
  • penggabungan (integration),
  • artikulasi (articulation), dan
  • keseimbangan (balance) (Ornstein & Hunkins, 2018, pp. 184–187).

Mengacu pada beberapa pendekatan tersebut, maka pengembangan Kurikulum Merdeka berupaya untuk

  • (1) menyeimbangkan visi ideologis pengembangan kurikulum, antara scholar academic, social efficiency, learner centered, dan social reconstruction,
  • (2) memperhatikan perspektif manajerial dan sistem sebagai acuan dalam diseminasi dan implementasi kurikulum nasional, dan
  • (3) mengombinasikan pendekatan forward, central, dan backward design dalam pengembangan kurikulum sesuai level masing-masing, baik pada level nasional, institusional, maupun ruang kelas

Sumber: Buku Kajian Akademik Kurikulum Merdeka 2024

Loading