Pembelajaran Sesuai Tahap Capaian Peserta Didik

Pembelajaran Sesuai Peserta Didik pada Capaian Kurikulum Merdeka Belajar

Madrasahdigital.net. Kajian Akademik atau Naskah Akademik Kurikulum Merdeka menjelaskan bahwa Pembelajaran Sesuai tahap Capaian Peserta Didik menjadi prinsip utama.


Keterkaitan Pembelajaran dan Asesmen pada Kurikulum Merdeka

Kurikulum Merdeka menekankan pentingnya keterkaitan pembelajaran dengan asesmen, terutama asesmen formatif, sebagai suatu siklus belajar.

Menurut Black dan rekan-rekan (2002), asesmen formatif adalah segala bentuk asesmen yang tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kualitas proses belajar peserta didik. Tujuan utamanya adalah untuk pembelajaran, bukan untuk kepentingan akuntabilitas, sertifikasi, ataupun meranking tahap capaian peserta didik, guru, dan satuan pendidikan.

Asesmen formatif dengan demikian ditentukan oleh tujuannya, bukan instrumen atau mekanismenya. Bentuk atau instrumen dua atau lebih asesmen bisa serupa, namun apabila tujuan salah satu asesmen tersebut untuk menentukan kenaikan kelas, misalnya, maka asesmen tersebut bukan asesmen formatif, melainkan asesmen sumatif.

Oleh karena itu, Prinsip Asesmen dalam Kurikulum Merdeka tidak menekankan pada metode yang konkrit, melainkan pada tujuan serta fungsi asesmen sebagai umpan balik untuk meningkatkan kualitas  pembelajaran.

Fungsi Asesmen Formatif

Berdasarkan fungsi asesmen formatif tersebut, Prinsip Pembelajaran dan Asesmen menekankan pentingnya pengembangan strategi pembelajaran sesuai dengan tahap capaian belajar peserta didik atau yang dikenal juga dengan istilah teaching at the right level.

Pembelajaran ini dilakukan dengan memberikan materi pembelajaran yang bervariasi sesuai dengan pemahaman peserta didik. Tujuan dari diferensiasi ini adalah agar setiap anak dapat mencapai kompetensi yang diharapkan dan dasar dari penentuan materi pembelajaran tersebut adalah asesmen formatif.

Asesmen formatif juga digunakan secara berkala untuk memantau perkembangan setiap peserta didik dan menjadi bahan pertimbangan pendidik dalam menentukan apakah individu-individu peserta didik tersebut siap untuk mempelajari materi yang lebih kompleks.

Dengan demikian, pembelajaran yang berorientasi pada kompetensi membutuhkan asesmen yang bervariasi dan berkala. Pendekatan pembelajaran seperti inilah yang sangat dikuatkan dalam Kurikulum Merdeka.

Terkait Prinsip Pembelajaran dan Asesmen, teori konstruktivisme juga menekankan pentingnya keselarasan antara asesmen dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

Keselarasan atau alignment ini bermakna bahwa metode pembelajaran dan asesmen harus diselaraskan dengan capaian pembelajaran yang diinginkan.

Jika tujuan pembelajaran yang ditetapkan adalah membentuk peserta didik yang kreatif, maka metode pembelajaran yang dirancang harus memfasilitasi munculnya ide atau gagasan baru, sehingga penilaian yang dipilih memfasilitasi respon yang bervariasi dan lebih otentik.

Asesmen Otentik pada Kurikulum Merdeka

Asesmen otentik dinilai sesuai untuk menilai kompetensi esensial dan untuk memantau keterampilan berpikir yang kompleks, di mana materi yang dipelajari peserta didik dikaitkan dengan konteks riil. Penilaian otentik dikembangkan berdasarkan pemahaman bahwa untuk menjadi kompeten, setiap peserta didik perlu memiliki kecakapan dalam merespon, memecahkan masalah, dan mengambil langkah terhadap isu-isu yang nyata terjadi di dunia.

Oleh karena itu, pembelajaran perlu dirancang sedemikian rupa agar kompetensi tersebut terbangun melalui tugas- tugas yang bermakna dan relevan dengan dunia nyata, dan asesmen perlu dirancang untuk memantau kemampuan tersebut.

Penilaian otentik dapat dilakukan melalui berbagai teknik penilaian seperti penilaian produk, penilaian projek, penilaian unjuk kerja, dan penilaian portofolio.

Tahap Capaian Peserta Didik di PAUD

Prinsip pembelajaran dan asesmen yang dirancang berlaku untuk seluruh jenjang dan jenis pendidikan, termasuk pendidikan anak usia dini (PAUD).

Dalam salah satu prinsip pembelajaran dinyatakan bahwa pembelajaran dirancang dengan mempertimbangkan tahap perkembangan sehingga pembelajaran menjadi bermakna dan menyenangkan. Di tingkat PAUD, hal ini dikaitkan dengan kegiatan bermain- belajar.

Menurut Sahlberg dan Doyle (2019), bermain adalah hal yang esensial bagi anak untuk mengembangkan diri, karena melalui bermain mereka belajar tentang diri mereka sendiri dan dunia sekitar mereka. Berdasarkan kajian yang dilakukan Sahlberg dan Doyle, reformasi kurikulum PAUD pada kurun waktu 5 tahun terakhir di beberapa negara seperti Amerika Serikat mengarah pada penguatan kegiatan bermain.

World Bank (2017) juga menekankan bahwa perkembangan kognitif anak usia dini akan lebih optimal apabila kegiatan mereka dipenuhi dengan eksplorasi, bermain, dan berinteraksi dengan teman sebayanya dan juga dengan orang dewasa yang mengasuh mereka, yaitu orang tua dan guru.

Kebijakan Pembelajaran Sesuai Tahap Capaian Peserta Didik

Kebijakan untuk mengatur prinsip-prinsip dalam melakukan pembelajaran dan asesmen tanpa petunjuk atau aturan yang lebih teknis selaras dengan upaya untuk mendorong pengembangan kurikulum operasional di satuan pendidikan.

Apabila praktik pembelajaran dan asesmen terlalu dibatasi oleh regulasi di tingkat nasional, satuan pendidikan akan mengalami kesulitan untuk secara kreatif dan leluasa mengembangkan kurikulum dan aktivitas pembelajaran yang kontekstual, bermakna, relevan, dan menyenangkan bagi peserta didik.

Salah satu tantangan dalam pengembangan pembelajaran yang kontekstual dalam Kurikulum 2013 adalah karena arahan tentang pembelajaran dan asesmen yang  cukup terperinci.

Sebagai contoh, penilaian hasil belajar peserta didik dalam Kurikulum  2013 diatur terperinci dan menuntut guru untuk melakukan penilaian yang begitu banyak, karena adanya pemisahan antara pengetahuan dan keterampilan.

Selain itu, kriteria kompetensi minimum (KKM) yang menentukan apakah seorang peserta didik dianggap layak untuk melanjutkan pembelajaran pun diatur cukup ketat, dengan menggunakan skor angka (rentang 1-100) dan penilaian deskriptif. Penghitungan skor atau nilai akhir semester  pun diatur oleh pemerintah pusat. Tantangan yang dialami inilah yang ingin diselesaikan melalui Kurikulum Merdeka, sesuai dengan semangat Merdeka Belajar.


Sumber: Kajian Akademik Kurikulum untuk Pemulihan Pembelajaran, 2022

Materi Rancangan Kurikulum Merdeka

Loading