IKM melalui Pembelajaran Konstruktif sebagai Proses Belajar

Pembelajaran Konstruktif dan IKM Proses Belajar Kurikulum Merdeka

Madrasahdigital.net. Prinsip strategi IKM yang kedua adalah Implementasi Kurikulum sebagai proses belajar. Prinsip kedua ini membahas 3 topik Salah satu topiknya adalah Implementasi kurikulum merdeka melalui Pembelajaran Konstruktif pada IKM.


Pembelajaran Konstruktif dan Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM)

Bab 3 menjelaskan bahwa Kurikulum Merdeka berupaya untuk menerapkan teori belajar konstruktivisme. Menurut teori ini, peserta  didik merupakan pelaku aktif pembelajaran yang mengkonstruksi pengetahuan mereka melalui interaksi dan pengalaman nyata.

1. Guru dan Pembelajaran Konstruktif dalam Implementasi Kurikulum (IKM)

Dalam hal implementasi kurikulum, guru juga perlu kesempatan untuk belajar menggunakan pendekatan yang sama, yaitu melalui pengalaman menggunakan Kurikulum Merdeka.

Mereka juga perlu belajar melalui observasi dan narasi yang disampaikan oleh sesama  guru yang menerapkan kurikulum di konteks yang berbeda dan/atau juga dari guru dan satuan pendidikan yang sudah menerapkannya lebih dahulu. Dengan demikian, proses belajar untuk mengimplementasikan kurikulum tidak hanya melalui sosialisasi dan pelatihan formal dari pemerintah (top-down) tetapi juga perlu pendekatan yang lebih konstruktif.

Hal ini akan mengubah tradisi implementasi kurikulum yang biasa diterapkan di Indonesia yang banyak menggunakan pendekatan arahan dari atas (top down).

2. Evaluasi Implementasi Kurikulum 2013 (Rusman dkk)

Kajian evaluasi Kurikulum 2013 yang dilakukan Rusman dan rekan-rekan (2021) menjelaskan bahwa untuk mendukung implementasi Kurikulum 13, Kemendikbudristek melakukan pelatihan, pendampingan, dan monitoring.

Contohnya, untuk pelatihan guru dilaksanakan melalui mekanisme cascading atau mengalir dari atas ke bawah, yang terdiri dari tiga tahap yaitu penyiapan narasumber, pelatihan instruktur nasional, dan pelatihan kepala sekolah, pengawas sekolah dan guru sasaran. Sedangkan untuk pendampingan dilakukan oleh pendampingan yang dipilih dari guru- guru terbaik dan sudah terlatih sebagai guru pendamping.

Model dukungan implementasi ini masih bernuansa top-down, di mana ada pihak yang dinilai sebagai “pakar” yang ahli tentang kurikulum dan pihak guru yang diposisikan lebih rendah meskipun sebenarnya mereka yang lebih memahami konteks dan penentu arah kebijakan yang benar-benar  akan diimplementasikan (Ball et al., 2012; Lipsky, 1980).

Akibat dari proses yang demikian juga disampaikan dalam laporan Rusman dan rekan-rekan, bahwa sosialisasi yang dilakukan Kemendikbudristek dinilai belum relevan dengan kebutuhan guru, dan belum optimal terutama untuk pengawas, penilik dan kepala sekolah.

Hal ini yang ditengarai memunculkan persepsi yang berbeda pada implementasi Kurikulum 2013 di lapangan, sebab dari hasil evaluasi kegiatan sosialisasi tersebut belum berdampak terhadap pemahaman PTK dan kinerja guru.

3. Evaluasi Implementasi Kurikulum 2013 (Sisdiana dkk)

Evaluasi yang dilakukan Sisdiana dan rekan- rekan (2019) tentang implementasi Kurikulum 2013 juga menemukan kelemahan proses pembelajaran yang top-down.

Sisdiana dan rekan-rekan mendapatkan bahwa pada umumnya Dinas Pendidikan di daerah melakukan pendampingan setidaknya satu kali terhadap kepala sekolah yang ada di wilayahnya.

Namun dari pendampingan ini, ditemukan bahwa beberapa kepala sekolah tidak mengetahui secara khusus kebijakan yang dikeluarkan oleh Dinas Pendidikan terkait implementasi Kurikulum 2013.

Misalnya di Kota Sorong, pelatihan Kurikulum 2013 dilakukan hanya satu kali pada tahun 2017 dan hal tersebut dinilai kurang memudahkan kepala sekolah untuk mengimplementasikan Kurikulum 2013.

Namun demikian, hal ini tidak ditemui di daerah yang lain, misalnya di Yogyakarta di mana forum belajar yang diselenggarakan pemerintah lebih sering dilakukan.

Temuan tersebut mengindikasikan adanya kesenjangan dalam proses sensemaking ketika strategi belajar yang diterapkan mengandalkan proses belajar formal.

4. Penguatan Implementasi Kurikulum (IKM) Melalui Pembelajaran Konstruktif di Forum Guru

Berdasarkan evaluasi tersebut, dibutuhkan penguatan strategi yang memberikan kesempatan satuan pendidikan dan pendidik untuk belajar mengimplementasikan kurikulum secara lebih konstruktif.

Pendekatan yang dinilai efektif adalah melalui jejaring (network) yang memberikan kesempatan kepada satuan pendidikan dan pendidik untuk belajar dari satu sama lain.

Berdasarkan penelitian mereka, Daly dan Little (2010) menemukan bahwa relasi sosial merupakan modal yang penting dalam implementasi kebijakan pendidikan karena guru biasanya memilih belajar dari sesama guru yang mereka percaya dibandingkan belajar dari pakar yang asing dan yang mereka anggap tidak memahami kompleksitas pekerjaan mereka sebagai guru.

Melalui jejaring sosial, menurut Daly dan Little, guru belajar dari keberhasilan dan juga kegagalan guru lainnya, bahkan juga “tertular” untuk menerapkan kebijakan atau bahkan menolaknya.

Proses belajar sesama guru tersebut, menurut Senge dan rekan-rekan (2012), adalah proses organik yang dapat menjadikan implementasi kebijakan lebih berkembang (scale up) dan berkelanjutan (sustainable).

Saat ini Indonesia telah memiliki forum-forum guru, asosiasi guru, serta himpunan yang dapat didukung pemerintah dan juga dimanfaatkan untuk membantu proses implementasi kurikulum. Selain itu, jejaring pembelajaran sesama pendidik juga sangat terbantu dengan pemanfaatan teknologi digital.

Platform Merdeka Mengajar Media Belajar dan Berbagi

Untuk mendukung proses pembelajaran secara kolaboratif antar guru seluruh Indonesia, Kemendikbudristek mengembangkan suatu platform yang dinamai Merdeka Mengajar. Dalam platform tersebut para pendidik dapat belajar dan berbagi praktik pembelajaran yang mereka lakukan menggunakan Kurikulum Merdeka serta mendiskusikannya.

Platform Merdeka Mengajar memiliki tiga fitur utama yaitu belajar, mengajar dan karier pendidik.

Pada fitur Mengajar terdapat produk perangkat ajar dan asesmen murid. Berbagai perangkat ajar pada fitur ini dapat digunakan guru sebagai referensi untuk mengembangkan praktik mengajar sesuai dengan Kurikulum Merdeka. Lalu untuk asesmen murid dapat membantu guru melakukan asesmen diagnostik literasi dan numerasi dengan cepat. Guru dapat menerapkan pembelajaran yang sesuai dengan tahap capaian dan perkembangan peserta didik.

Pada fitur Belajar terdapat materi pelatihan dan beragam video inspirasi untuk guru dapat mengembangkan diri dan terus belajar.

Sementara itu fitur Karier berisi bukti karya atau portofolio guru yang mana guru-guru dapat saling berbagi inspirasi dan berkolaborasi.

Platform ini terbuka untuk pendidik terlepas dari keputusan mereka untuk menggunakan atau pun tidak menggunakan Kurikulum Merdeka untuk memulihkan pembelajaran. Sehingga sebagaimana yang disampaikan sebelumnya, platform ini merupakan bentuk dukungan yang inklusif untuk menyiapkan seluruh pendidik melakukan transformasi pembelajaran.

Dukungan lain yang diupayakan untuk mendukung proses implementasi Kurikulum Merdeka dijelaskan pada bagian 3.3 berikut ini.(materi selanjutnya)


Sumber: Kajian Akademik Kurikulum untuk Pemulihan Pembelajaran, 2022

Materi Rancangan Implementasi Kurikulum Merdeka

Loading