Kebutuhan Terhadap Kurikulum Alternatif

Kebutuhan Terhadap Kurikulum Alternatif Kurikulum Merdeka

Madrasahdigital.net. Kajian Akademik Kurikulum Merdeka menjelaskan tentang Kebutuhan Terhadap Kurikulum Alternatif sebagai tema terakhir di bab krisis pembelajaran di Indonesia. (Lihat: Pengantar Krisis Pembelajaran di Indonesia)


  • Baca juga:

Riset Terkait Kebutuhan Terhadap Kurikulum Alternatif

Riset tentang learning loss selama ini dilakukan terhadap ketertinggalan pembelajaran akibat liburan panjang musim panas, bencana, atau iklim yang ekstrem (Engzell, Frey, and Verghan, 2021; Jonson et al., 2014; Jandric & McLaren, 2021). Jonson et al. (2014) memberikan rekomendasi terhadap upaya pemulihan pembelajaran akibat learning loss diantaranya dengan penyesuaian terhadap kurikulum agar dapat mengembalikan pembelajaran secara normal.

Semantara itu Alvarez (2010) melakukan kajian terhadap learning loss akibat bencana Katrina, mengungkapkan pentingnya pembuatan kebijakan agar kurikulum dapat beradaptasi dan fleksibel dengan mengubah isi pembelajaran dan waktu pembelajaran.

Sementara itu, O’Conor dan Takashi (2014) berpendapat bahwa penggunaan kurikulum yang lebih fleksibel dengan menyesuaikan dengan kondisi kekinian peserta didik akan dapat membantu mengejar ketertinggalan.

Berkaca pada riset sebelumnya tentang learning loss dan kurikulum, Harmey dan Moss (2021) berpendapat bahwa kurikulum harus dibuat dengan se-fleksibel mungkin sehingga dapat mengakomodir kebutuhan satuan pendidikan dan peserta didik akibat penutupan sekolah.

Sementara itu, Li et al., (2021) melakukan penelitian mixed methods pada sekolah-sekolah di China terhadap evaluasi pembelajaran selama Covid-19 dan memberikan rekomendasi bahwa kurikulum harus dapat diadaptasi agar tidak terlalu membebani siswa dengan mengajarkan komponen utama, sehingga peserta didik dapat lebih melakukan interaksi yang positif sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan motivasi belajar.

Pada kajian yang lebih luas, Conto et al (2020) memberikan rekomendasi untuk memulihkan situasi pembelajaran adalah salah satunya dengan:

  • memprioritaskan pada pondasi pembelajaran dan
  • meningkatkan sistem monitoring dan evaluasi.

Penyusunan Kurikulum yang fleksibel dengan merubah isi dan waktu pembelajaran. Ciri Kurikulum Fleksibel adalah sesuai kondisi peserta didik, kondisi satuan pendidikan, dan dapat meningkatkan motivasi dan mengejar ketertinggalan.

Rekomendasi UNESCO Terkait Learning Loss

UNESCO (2020) merekomendasikan beberapa kebijakan untuk learning loss diantaranya dengan memberikan pengajaran yang lebih tertarget dan disesuaikan dengan kebutuhan seperti:

  • memadatkan kurikulum,
  • micro-teaching,
  • pengajaran yang berbeda/disesuaikan dengan karakter satuan pendidikan
  • termasuk juga sistem asesmen.

Terkait kurikulum, pemerintah Indonesia melalui Kemdikbudristek mengambil langkah dengan memberikan opsi penggunaan kurikulum:

  • Kurikulum K-13 secara utuh,
  • Kurikulum darurat;
  • dan Kurikulum Merdeka (Paparan Kemdikbudristek, 2021a).

Sumber: Kajian Akademik Kurikulum untuk Pemulihan Pembelajaran, 2022

Materi Krisis Pembelajaran

Loading