Hasil Evaluasi Penerapan Asesmen Diagnostik di Sekolah Penggerak

Evaluasi Penerapan Asesmen Diagnostik Kurikulum Merdeka Belajar

Madrasahdigital.net. Kebaruan di kurikulum merdeka adalah adanya penekanan pada Asesmen formatif awal atau disebut Asesmen diagnostik. Sekolah Penggerak sebagai pelaksana kurikulum merdeka menjadi target Evaluasi Penerapan Asesmen Diagnostik. Hal ini untuk refleksi dan umpan balik perancangan kurikulum merdeka.


Evaluasi Penerapan Asesmen Diagnostik Penerapan (Asesment for Learning)

Pembelajaran yang berpihak pada murid juga ditandai dengan bagaimana guru menerapkan assessment for learning, yaitu proses penilaian siswa yang digunakan sebagai acuan pembelajaran.

Sebelum melakukan pembelajaran, diharapkan guru melakukan asesmen diagnostik atau pra-penilaian pada peserta didik. Asesmen diagnostik dapat membantu guru dalam memahami pengetahuan dan keterampilan siswa sebelum memulai pembelajaran.

Asesmen diagnostik biasanya disebut assessment for learning karena tujuan utama dari asesmen ini akan dijadikan acuan dan tujuan pembelajaran bagi guru.

1. Rekap Hasil Evaluasi Guru Penerapan Asesmen Diagnostik

Hasil Evaluasi Penerapan Asesmen Diagnostik kurikulum merdeka di sekolah penggerak

Gambar 4.21. Persentase Guru yang Melakukan Asesmen Diagnostik Berdasarkan Jenjang dan Status Wilayah (n=8.262). Sumber: PSKP, 2021

Pada sekolah penggerak hampir seluruh guru sudah menggunakan asesmen diagnostik. Kondisi ini merata di seluruh jenjang baik di kawasan tertinggal maupun non tertinggal. Secara nasional hanya 2,72% guru yang belum menggunakan asesmen diagnostik untuk pembelajaran.

Pada dekade sebelumnya asesmen diagnostik tidak terlalu populer di kalangan guru di Indonesia, padahal hal ini cukup penting untuk menentukan arah pembelajaran. Penggunaan asesmen diagnostik secara masif menunjukan adanya perubahan ke arah yang lebih positif. Guru akan semakin memahami kebutuhan belajar siswa.

2. Strategi Penerapan Asesmen Diagnostik

Dalam studi etnografi, asesmen diagnostik dilakukan baik dengan cara sederhana maupun cara-cara yang lebih kompleks. Cara asesmen diagnostik yang relatif sederhana dilakukan di SMAN 1 Sikur.

Guru bertanya secara lisan kepada peserta didik, kemudian guru mengelompokkan murid berdasarkan kemampuan dan cara belajarnya. Dalam proses belajar guru berkeliling pada setiap kelompok untuk menyesuaikan.

Sementara cara yang lebih rumit dilakukan oleh SLB Cicendo. (lihat box). Saat ini satuan pendidikan baru beradaptasi untuk menerapkan konsep assessment for learning di semester pertama, tentu saja hasilnya belum terlihat signifikan.

Namun jika hal ini menjadi budaya baru, di sejumlah negara  assessment for learning telah teruji membantu siswa – terutama yang memiliki nilai rendah – untuk meningkatkan hasil belajarnya secara signifikan (Cambridge asesmen for education, 2021).

Idealnya asesmen formatif dan sumatif juga menjadi bahan refleksi bagi guru sehingga guru memiliki target dan penyesuaian berbeda tergantung kepada kebutuhan siswanya.

Adaptasi ini tentu tidak dapat serta merta menjadi kebiasaan baru tetapi perlu pembiasaan dalam waktu yang lama agar guru dapat lebih memaknai manfaat assessment for learning untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran.

Praktik Baik Asesmen Diagnostik SLBN Cicendo

SLBN Cicendo merupakan sekolah luar biasa yang berada di kota Bandung. Sekolah berupaya menerapkan prinsip pembelajaran yang berfokus dan berorientasi pada kebutuhan siswa secara holistik terutama dalam mempersiapkan pembelajaran yang tepat untuk peserta didik berdasarkan hambatan yang dimiliki.

1. Asesmen Perkembangan dan Asesmen Akademik

Proses layanan pendidikan untuk anak di SLB dimulai dari penyelenggaraan asesmen yang komprehensif dan tidak terdapat di sekolah umum, meliputi asesmen perkembangan dan asesmen akademik.

Asesmen perkembangan mencakup aspek kognitif, motorik, emosi sosial, komunikasi, serta riwayat ketunaan.

Asesmen akademik meliputi kemampuan dalam beradaptasi dengan materi pembelajaran.

Selanjutnya, sekolah melakukan tes Bera dan audiogram untuk mengetahui ambang batas kemampuan pendengaran anak kerjasama dengan Bandung Hearing Aid. Selain itu juga tes psikologi yang dilaksanakan atas kerjasama sekolah dengan Lembaga Psikologi.

Keragaman siswa direspon dengan pelaksanaan asesmen yang komprehensif agar didapatkan informasi yang utuh, sehingga perancangan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan anak.

2. Program berdasarkan Hasil Asesmen

Berdasarkan hasil asesmen tersebut, maka lahirlah program pembelajaran individual dimana guru mengembangkan pembelajaran berfokus kepada kebutuhan, hambatan, potensi, dan kemampuan siswa.

Setelah didapatkan informasi yang lengkap tentang kondisi anak, guru merumuskan program dan aplikasi kurikulum yang tepat untuk anak dan menempatkan anak sesuai mental age dan kemampuannya.


Sumber: Kajian Akademik Kurikulum untuk Pemulihan Pembelajaran, 2022

Materi Implementasi Kurikulum Merdeka Terbatas

Loading