Hasil Evaluasi Perencanaan IKM di Sekolah Penggerak

Penyusunan KOSP Kurikulum Merdeka Evaluasi Perencanaan IKM

Madrasahdigital.net. Pembahasan Tema IKM di Sekolah Penggerak sangat panjang sehingga dipecah menjadi beberapa topik bahasan. Bahasan pertama menjelaskan Metode yang digunakan untuk melakukan Evaluasi implementasi Kurikulum Merdeka di Sekolah Penggerak. Sedangkan kedua tentang hasil temuan yaitu evaluasi perencanaan pembelajaran dan penyusunan KOSP kurikulum merdeka.


A. Evaluasi Perencanaan Pembelajaran Implementasi Kurikulum Merdeka di Sekolah Penggerak

Kurikulum Merdeka berupaya memberikan layanan pendidikan yang berpihak pada siswa. Untuk itu, dalam setiap aktivitasnya kurikulum berupaya memberikan ruang kepada guru untuk berefleksi melalui berbagai hal agar kurikulum sesuai dengan kebutuhan siswa. Aktivitas refleksi harus terjadi dalam setiap tahapan dari mulai perencanaan sampai dengan asesmen.

Pada tahap persiapan, pembelajaran dalam kurikulum merdeka dimulai dengan perencanaan-perencanaan yang dilakukan oleh satuan pendidikan sebelum menyelenggarakan pembelajaran. Dalam kurikulum merdeka, perencanaan pembelajaran dituangkan dalam empat aspek penting.

  • Pertama pengumpulan data karakteristik satuan pendidikan yang akan digunakan dalam penyusunan modul-modul selanjutnya.
  • Kedua, Kurikulum Operasional Satuan Pendidikan (KOSP). (Dinamika Penyusunan KOSP Kurikulum Merdeka)
  • Ketiga, penyusunan modul ajar (Silabus).
  • Keempat, penyusunan modul Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila.

B. Memahami Karakteristik Satuan Pendidikan

Sebelum merencanakan pembelajaran, sangat penting bagi kepala sekolah dan guru, untuk memahami karakteristik satuan pendidikan sehingga dapat memberikan layanan pendidikan yang kontekstual, berpihak kepada siswa, serta memastikan tidak ada anak yang tertinggal dalam proses belajar.

Untuk itu aktivitas asesmen karakteristik satuan pendidikan menjadi penting untuk membuka kesadaran bahwa pada latar belakang siswa yang berbeda memerlukan layanan yang berbeda.

Dalam studi yang dilakukan oleh OECD latar belakang siswa memberikan pengaruh yang besar terhadap motivasi belajar siswa yang pada akhirnya akan berdampak pada hasil belajar siswa (OECD, 2008).

Untuk itu, memahami karakteristik satuan pendidikan dari mulai kondisi geografi, budaya, sosial dan ekonomi menjadi langkah penting dalam membuka wawasan kepada guru untuk lebih mengenal siswanya.

Dalam Program Sekolah Penggerak, hampir seluruh sekolah (94%) baik dari wilayah tertinggal maupun non-tertinggal sudah melakukan asesmen karakteristik satuan pendidikan.

Angka ini cukup signifikan mengingat di Indonesia asesmen diagnostik belum menjadi acuan sebagian besar guru di Indonesia dalam menentukan pembelajaran. (World Bank, 2021).

Hasil Asesmen diagnostik untuk perencanaan pembelajaran dan penyusunan KOSP Kurikulum Merdeka

Gambar 4.15. Persentase Guru di Sekolah Penggerak yang Melakukan Asesmen Diagnostik Berdasarkan Kategori Wilayah (sumber: PSKP, 2021)

Dari hasil wawancara yang dilakukan, proses memahami karakteristik satuan pendidikan masih dalam proses adaptasi yang memberikan harapan besar.

Dimana, meskipun guru belum memahami sepenuhnya terkait kurikulum tetapi mereka sudah mulai menyesuaikan penyelenggaraan pendidikan dari hasil asesmen karakteristik satuan pendidikan.

C. Evaluasi Penyusunan KOSP Kurikulum Merdeka di PSP

Kendala yang dihadapi sekolah ketika penyusunan Kurikulum Operasional Satuan Pendidikan (KOSP Kurikulum Merdeka) adalah kami bersama komite pembelajaran masih belum terlalu memahami tentang kurikulum operasional itu sendiri.

Akan tetapi tetap berusaha untuk membuatnya dengan mengikuti contoh yang ada sambil menyesuaikan keadaan yang sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan yang kami bina saat ini (TK Mekar Kuncup Pituala, Kolaka Timur).

Setelah sekolah mengumpulkan asesmen karakteristik peserta didik, diharapkan satuan pendidikan juga membuat analisis terkait latar belakang peserta didik dari berbagai aspek. Hasil analisis ini diharapkan digunakan dalam menyusun kurikulum operasional satuan pendidikan yang kontekstual dan relevan bagi siswa untuk meningkatkan hasil belajar siswa yang pada akhirnya akan menghasilkan profil pelajar pancasila.

Untuk itu, langkah selanjutnya setelah menyusun karakteristik satuan pendidikan yaitu menyusun Kurikulum Operasional Satuan Pendidikan (KOSP).

Kurikulum Operasional Satuan Pendidikan (KOSP) memuat seluruh perencanaan proses belajar yang akan diselenggarakan oleh satuan pendidikan agar satuan pendidikan memiliki pedoman pembelajaran.

Komponen dalam KOS diharapkan dapat menjadi dokumen acuan refleksi bagi semua unsur pendidikan di satuan pendidikan sehingga satuan pendidikan dapat tetap menyesuaikan dinamika perubahan dan kebutuhan siswa.

1. Temuan Evaluasi Penyusunan KOSP Kurikulum Merdeka di PSP

Temuan Evaluasi Penyusunan KOSP Kurikulum Merdeka

Gambar 4.16. Persentase Satuan Pendidikan yang Telah Menyusun Kurikulum Operasional Satuan Pendidikan berdasarkan Jenjang (n= 1.594 Kepala Sekolah). Sumber: PSKP, 2021

Data di atas menunjukan bahwa proses adaptasi dalam perencanaan kurikulum secara umum telah dilakukan terutama pada jenjang SD, SMP dan SMA juga SLB yang sebagian besar telah menetapkan dokumen KOS pada dinas pendidikan.

Secara nasional, total satuan pendidikan yang telah menyelesaikan dokumen baik yang sudah ditetapkan maupun yang belum ditetapkan mencapai 79,9%. Sementara yang masih dalam proses penyusunan berjumlah 19,76% dan sisanya sebanyak 0,3% sama sekali belum menyusun KOS.

Dilihat dari jenjangnya, PAUD merupakan jenjang terbanyak yang masih melakukan proses penyusunan. Tingginya satuan pendidikan yang sudah menyusun dokumen KOS menunjukan bahwa adaptasi dalam perencanaan pembelajaran sudah terjadi meskipun belum sempurna.

Proses penyusunan KOS di tingkat satuan pendidikan cukup beragam. Meskipun sejumlah kepala sekolah dan guru telah mendapatkan pelatihan terkait Kurikulum Merdeka, namun di sejumlah daerah penyusunan KOS dilakukan dengan beragam strategi.

2. Dinamika Penyusunan KOSP Kurikulum Merdeka

Di Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tengah penyusunan KOSP (kurikulum merdeka) dengan bimtek secara virtual yang diinisiasi oleh P4TK. Bimtek tersebut ditujukan guna mendapatkan informasi yang lebih detail sehingga sekolah lebih percaya diri dalam menyusun kurikulum operasional.

Namun demikian, di sejumlah daerah lain penyusunan KOS tanpa melibatkan P4TK melainkan melalui diskusi di lingkup internal yang diinisiasi langsung oleh kepala sekolah dan guru komite pembelajaran.

Sekolah kami sudah menyusun kurikulum operasional yang sudah disahkan dan ditandatangani oleh kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Takalar.

Dalam penyusunan kurikulum operasional kami melibatkan semua guru tiap tingkatan kelas utamanya guru yang yang pernah mengikuti Diklat komite pembelajaran.

Kurikulum operasional kami mengambil acuan dari capaian pembelajaran yang telah ditetapkan oleh kementerian pendidikan. Serta memuat karakteristik siswa yang ada pada sekolah kami utamanya pada mata pelajaran muatan lokal.

Dalam penyusunan kurikulum operasional kami mengadakan rapat dengan guru-guru di tiap tingkatan kelas dan kami juga mengundang pengawas pembina, untuk memberikan saran dan masukan untuk terhadap kurikulum operasional.

Di kurikulum operasional kami memuat beberapa hal seperti karakteristik siswa, visi dan misi sekolah beban belajar serta capaian pembelajaran dan modul ajar yang sementara di susun oleh guru-guru. (UPT SDN 221 Inpres Labbumesang, Sulawesi Selatan)

3. Penerapan Prinsip Demokrasi Deliberatif

Selama penyusunan KOSP Kurikulum Merdeka, sekolah mulai menerapkan prinsip demokrasi deliberatif yang melibatkan seluruh unsur dari mulai orang tua, guru, komite sekolah dan dinas pendidikan (pengawas).

Pelibatan seluruh unsur ini memungkinkan sekolah menyusun rencana pembelajaran tidak hanya berdasarkan persepsi atau harapan yang mungkin timbul dari kepala sekolah atau sebagian guru saja tetapi memungkinkan pembelajaran yang mengakomodir seluruh kalangan di satuan pendidikan.

Dari hasil survei, 99% kepala sekolah terlibat dalam penyusunan KOS, sebanyak 98% satuan pendidikan melibatkan guru, dan 91% melibatkan komite sekolah, sebanyak 86% melibatkan pengawas.

Sementara hanya 57% satuan pendidikan yang melibatkan orang tua dan 35% satuan pendidikan yang melibatkan siswa dalam proses penyusunan KOS.


Sumber: Kajian Akademik Kurikulum untuk Pemulihan Pembelajaran, 2022

Materi Implementasi Kurikulum Merdeka Terbatas

Loading