Strategi Cina melakukan Reformasi Asesmen Siswa

MadrasahDigital.Com. Buku Kajian Akademik dan Rekomendasi Reformasi Asesmen Nasional disusun oleh Balitbangbuk Kemendikbud. Pada Tema Reformasi Asesmen Siswa, Buku ini menjelaskan strategi reformasi asesmen siswa di Cina atau Tiongkok

Asesmen Nasional merupakan salah satu bentuk evaluasi pendidikan yang dilakukan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Riset dan Teknologi.

Berikut bahasan tentang reformasi asesmen di Cina

Strategi Cina melakukan Reformasi Asesmen Siswa

Menjelang awal abad 21, Cina menerapkan reformasi pendidikan yang berorientasi pada pengembangan kreativitas dan kemampuan menyelesaikan masalah (Zhao, 2015).

Orientasi ini memperluas konsepsi tradisional masyarakat Cina yang melihat bahwa tugas utama sekolah ialah untuk membantu siswa menguasai pengetahuan akademik.

Dengan orientasi baru, guru dan sekolah di Cina diharapkan lebih menekankan pada

  • pengembangan karakter
  • pembelajar sepanjang hayat,
  • olahraga,
  • seni,
  • vokasi, dan
  • tanggung jawab sosial.

Reformasi ini tercermin dalam perubahan kurikulum nasional. Pada tahun 2001, jumlah jam pelajaran dalam kurikulum nasional

  • kelas 1-9 berkurang 380 jam.
  • Jam pelajaran matematika berkurang 146 jam, sedangkan
  • jam pelajaran olahraga bertambah sebanyak 156 jam.

Untuk sekolah menengah atas, kurikulum yang baru memberi porsi lebih besar pada mata pelajaran pilihan untuk memberi ruang bagi pengembangan minat individual siswa. Sebagai konsekuensinya, mata pelajaran wajib dikurangi jam pelajarannya sebanyak 347 jam (Zhao, 2015).

Kebijakan Reformasi Asesmen

Dalam hal asesmen, Cina melarang

  • penggunaan tes terstandar untuk siswa kelas 1 sampai 3 sekolah dasar.
  • Untuk kelas 4 dan seterusnya, tes terstandar hanya boleh dilakukan maksimal sekali setiap semester untuk pelajaran tertentu saja seperti Bahasa Cina dan matematika.
  • Tes jenis lain juga dibatasi.
  • Secara umum, siswa tidak boleh diminta menjalani ujian lebih dari dua kali tiap semester (Zhao, 2015).

Distrik Shanghai melangkah lebih jauh lagi dengan mengembangkan sistem asesmen yang komprehensif.

Penilaian siswa tidak dilakukan hanya berdasarkan ujian atau tes terstandar pada akhir tahun ajaran, melainkan berdasarkan portofolio yang mencakup skor tes, hasil tugas-tugas di tiap pelajaran, aktivitas dan pencapaian personal di luar pelajaran, serta aktivitas sosial di luar sekolah.

Shanghai juga mengurangi bobot tes akademik dalam seleksi masuk perguruan tinggi (Zhao, 2015).


Loading