KurikulumMerdeka2024. Naskah Akademik Kurikulum Merdeka pada prinsip perencanaan kurikulum merdeka membahas tentang prinsip berfokus pada muatan esensial.
Latar Belakang Berfokus pada Esensial
Semua peserta didik perlu mencapai kompetensi minimum, namun kurikulum yang terlalu padat dan diajarkan dengan terburu-buru mengakibatkan guru hanya memperhatikan kemampuan sebagian kecil peserta didiknya yang lebih berprestasi (Pritchett & Beatty, 2015).
Akibatnya, sebagaimana yang ditunjukkan dalam penelitian Pritchett dan Beatty di India tersebut, anak-anak yang mengalami kesulitan belajar akan makin tertinggal.
Data mereka menunjukkan bahwa anak-anak yang tertinggal ini kebanyakan dari keluarga dengan sosial ekonomi bawah.
Dengan demikian, kepadatan kurikulum diidentifikasi sebagai salah satu faktor yang mengakibatkan kesenjangan kualitas hasil belajar antara peserta didik di sekolah yang sama.
1. Dampak Pengurangan Muatan Kurikulum
Pengurangan kepadatan kurikulum dapat mengurangi kesenjangan kualitas belajar.
Hal ini ditunjukkan juga dalam kajian yang dilakukan INOVASI dan Pusat Penelitian Kebijakan Kemendikbudristek (2021) bahwa Kurikulum 2013 yang dikurangi Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar (dikenal juga sebagai kurikulum darurat), membantu peserta didik SD memitigasi ketertinggalan pembelajaran (learning loss).
Efek positif dari kurikulum darurat ini lebih nyata untuk anak-anak dari keluarga dengan status sosial ekonomi yang lebih rendah.
Maka dengan pengurangan konten, setiap peserta didik memiliki kesempatan lebih besar untuk mencapai standar kompetensi minimum, sehingga kurikulum pun menjadi lebih berkeadilan (equitable) untuk seluruh anak Indonesia.
Pengurangan materi juga merupakan jawaban dari hasil evaluasi Kurikulum 2013 yang dianalisis memiliki beban materi yang terlalu banyak.
2. Berfokus pada Esensial artinya Kurikulum Sederhana
Fokus pada muatan esensial artinya juga kurikulumnya harus sederhana.
Kajian yang dilakukan Pritchett dan Beatty (2012) menunjukkan bahwa di beberapa negara berkembang seperti Indonesia, materi pelajaran yang begitu padat membuat guru terus bergerak cepat menyelesaikan bab demi bab, konsep demi konsep, tanpa memperhitungkan kemampuan peserta didik memahami konsep yang telah dipelajari.
Menurut temuan mereka, hal ini bukan karena guru tidak menghiraukan kemampuan peserta didik belajar, tetapi karena mereka dituntut untuk menuntaskan materi ajar.