Prinsip Berfokus pada Muatan Esensial Kurikulum Merdeka

1. Pengurangan Materi

Hal pertama yang dilakukan ketika memfokuskan pada muatan esensial adalah mengurangi materi atau konten kurikulum yang juga sejalan dengan arah reformasi kurikulum di banyak negara.

Faktor pendorongnya sama, yaitu padatnya kurikulum yang berdampak pada rendahnya kompetensi dan kesejahteraan diri (wellbeing) peserta didik (OECD, 2020b).

Alasan utama terjadinya kurikulum yang makin lama makin padat adalah tuntutan terhadap kurikulum untuk menyesuaikan dengan perkembangan zaman dan tantangan yang makin kompleks.

Sering kali isu-isu kontemporer seperti perkembangan teknologi digital, pemanasan global dan kerusakan lingkungan, kekerasan antar kelompok sosial, dan isu-isu lainnya direspons dengan cara menambah bab dalam buku teks, target capaian dalam standar, bahkan menambah mata pelajaran.

Akibatnya, kurikulum makin padat dan guru justru mengalami kesulitan untuk menerapkan pembelajaran yang lebih sesuai untuk menguatkan dan mengembangkan kompetensi.

2. Penyesuaian Struktur Kurikulum

Dengan mempelajari masalah kepadatan kurikulum pada berbagai konteks, perancangan kurikulum dilakukan dengan prinsip fokus pada kompetensi dan karakter tanpa menambah beban materi pelajaran ataupun waktu belajar peserta didik.

Strategi yang dipilih adalah dengan menyesuaikan struktur kurikulum.

Dalam Kurikulum Merdeka, struktur kurikulum dibagi menjadi dua komponen utama, yaitu

  • pembelajaran intrakurikuler yang biasanya berbasis mata pelajaran dan
  • pembelajaran kokurikuler melalui projek yang ditujukan untuk mencapai kompetensi umum yang telah dirumuskan dalam profil pelajar Pancasila.

3. Penyederhanaan Kompetensi dan Materi Esensial

Strategi lain adalah dengan menyederhanakan kompetensi dan materi esensial yang ada dalam struktur kurikulum.

Metode ini juga sejalan dengan strategi di berbagai negara yang mengembangkan unit-unit pembelajaran interdisipliner, merestrukturisasi konten sehingga beban belajar peserta didik tidak membesar secara signifikan (OECD, 2020a).

4. Berfokus pada Pembelajaran Berpusat pada Peserta Didik

Berikutnya, fokus pada materi esensial meniscayakan perlunya pembelajaran yang berpusat pada peserta didik.

Pada hakikatnya memusatkan perhatian pada peserta didik dimulai sejak perancangan kurikulum, bukan hanya pada pedagogi yang dirancang oleh guru setelah kurikulum ditetapkan.

Menurut Pritchett dan Beatty (2015), menempatkan peserta didik sebagai pusat pembelajaran (center of learning) berarti mengajarkan konsep dan/atau keterampilan sesuai dengan kemampuan mereka saat itu.

Alih-alih mengajarkan suatu materi hanya karena mengikuti urutan yang dianjurkan dalam buku teks tanpa mempertimbangkan apakah mayoritas peserta didik sebenarnya siap untuk mempelajari materi itu.

Dengan rancangan kurikulum yang demikian, kurikulum berpotensi mendorong pembelajaran yang membangun kemampuan setiap individu peserta didik untuk memiliki agency atau kuasa/kendali dalam pembelajarannya, bukan menjadi “konsumen” informasi.

Untuk menjadi kompeten, peserta didik perlu memiliki kesempatan untuk belajar mengatur dirinya dalam proses belajar (Sahlberg, 2000).

Pembelajaran yang berpusat pada peserta didik juga dapat diartikan memberikan pembelajaran yang dibutuhkan peserta didik untuk hidup di masa kini dan masa depan.

Peserta didik perlu mengenali isu di sekitarnya yang dapat mempengaruhi kehidupannya dan dipengaruhi oleh tindakannya, seperti perubahan iklim, isu kebutuhan literasi finansial, perlunya gaya hidup yang lebih sehat dan berkesadaran, dan sebagainya.

a. Isu Esensial Perubahan Iklim

Pendidikan perlu dapat merespons perubahan iklim dan kerusakan lingkungan dengan menyiapkan peserta didik untuk dapat beradaptasi, memitigasi, dan mengatasi masalah perubahan iklim (UNESCO, 2021).

Selain perubahan iklim, saat ini juga perlu memperhatikan isu-isu yang berpotensi mempengaruhi investasi jangka panjang terhadap SDM yang dibangun melalui pendidikan seperti literasi finansial dan kesehatan.

b. Isu Literasi Finansial

Seiring dengan perkembangan teknologi, produk finansial juga turut berkembang, muncul juga berbagai masalah seperti pinjaman dengan bunga tinggi, investasi palsu, dan berbagai penipuan yang memanfaatkan teknologi finansial, sehingga perlu pemahaman untuk dapat mengambil keputusan yang tepat.

c. Isu Pendidikan Kesehatan

Isu terkait kesehatan juga tidak dapat diabaikan, kemajuan teknologi mempengaruhi aktivitas dan pola hidup manusia.

Penyakit-penyakit tidak menular yang disebabkan oleh pola hidup yang tidak sehat tersebut dapat dicegah dengan edukasi sejak dini.

Respons terhadap isu-isu ini kemudian dimitigasi oleh Kemdikbudristek dengan menetapkan tiga isu prioritas yaitu perubahan iklim, pendidikan kesehatan, dan literasi finansial yang diterapkan lintas mata pelajaran dengan mengintegrasikannya ke dalam Capaian Pembelajaran mata pelajaran yang relevan dan melalui penyediaan perangkat ajar.

5. Rancangan yang Logis dan Jelas

Berikutnya, rancangan yang logis dan jelas juga merupakan hal yang penting untuk memastikan bahwa rancangan kurikulum cukup sederhana dengan fokus pada muatan esensial dapat dipahami dengan mudah terutama oleh pemangku kepentingan yang utama, yaitu pendidik.

Fullan (2007) menyatakan bahwa kejelasan (clarity), kompleksitas (complexity), dan kepraktisan (practicality) suatu inovasi merupakan bagian dari faktor yang menentukan keberhasilan perubahan pendidikan.

Menurutnya, meskipun guru sudah memahami adanya masalah yang perlu diatasi melalui perubahan kebijakan, kadang penolakan terhadap kebijakan tersebut terjadi karena

  • guru tidak memahami arah perubahannya atau
  • menganggapnya terlalu sulit untuk diimplementasikan dalam konteks mereka.

Loading