Prinsip Pengembangan Kompetensi dan Karakter dalam Perancangan Kurikulum Merdeka

KurikulumMerdeka2024. Naskah Akademik Kurikulum Merdeka pada kerangka dasar membahas tentang prinsip perancangan kurikulum merdeka. Pertama yaitu Pengembangan Kompetensi dan Karakter.

Dalam hal ini hal-hal tersebut berupa prinsip perancangan Kurikulum Merdeka yang didasarkan pada hasil evaluasi terhadap kurikulum sebelumnya dan landasan serta pendekatan pengembangan kurikulum.

Prinsip-prinsip perancangan kurikulum sangat banyak, namun agar lebih mudah untuk dipahami dalam konteks Kurikulum Merdeka, terdapat 3 (tiga) prinsip perancangan Kurikulum Merdeka yang dirumuskan, yaitu

  • (1) memastikan dan mendukung pengembangan kompetensi dan karakter,
  • (2) fleksibel, dan
  • (3) berfokus pada muatan esensial. Uraiannya sebagai berikut.

Dalam upaya untuk menumbuhkembangkan cipta, rasa, dan karsa peserta didik sebagai pelajar sepanjang hayat yang berkarakter Pancasila, Kurikulum Merdeka diarahkan untuk dikembangkan sebagai kurikulum yang dapat memastikan dan mendukung pengembangan kompetensi dan karakter peserta didik.

Dalam hal ini, kompetensi dan karakter dipahami sebagai hal yang sifatnya komplementer atau saling melengkapi dan juga tidak dipisah-pisahkan satu sama lain.

Walau dalam mempelajari materi atau keterampilan tertentu dapat saja dipisah-pisah dalam bentuk mata pelajaran dan aktivitas belajar tertentu, namun pada dasarnya tujuannya adalah untuk membentuk pribadi yang utuh, yakni secara holistik memiliki kompetensi dan karakter tertentu.

a. Kompetensi Literasi dan Numerasi

Dalam pengembangan Kurikulum Merdeka, literasi dan numerasi menjadi salah satu perhatian utama.

Literasi didefinisikan sebagai kemampuan peserta didik dalam memahami, menggunakan, mengevaluasi, merefleksikan berbagai jenis teks untuk menyelesaikan masalah dan mengembangkan kapasitas individu sebagai warga Indonesia dan warga dunia agar dapat berkontribusi secara produktif di masyarakat.

Sementara itu, numerasi didefinisikan sebagai kemampuan peserta didik dalam berpikir menggunakan konsep, prosedur, fakta, dan alat matematika untuk menyelesaikan masalah sehari-hari pada berbagai jenis konteks yang relevan untuk individu sebagai warga negara Indonesia dan dunia (OECD, 2010).

Kedua kemampuan tersebut dipandang penting untuk dapat berkembang dan berkontribusi bagi Masyarakat di Abad 21.

Merujuk pada definisi tersebut, literasi dan numerasi merupakan kemampuan yang dipelajari dalam berbagai mata pelajaran, tidak hanya Bahasa Indonesia (untuk literasi) dan Matematika (untuk numerasi).

b. Kompetensi Literasi dan Numerasi pada PAUD

Lebih dari itu, literasi juga harus dimulai sejak pendidikan anak usia dini.

Dalam hal ini, Kurikulum Merdeka untuk PAUD diarahkan untuk menguatkan literasi dan numerasi sejak dini.

Kegiatan bermain-belajar yang dianjurkan, dimulai dengan

  • guru membaca nyaring (read aloud) buku bacaan anak,
  • kemudian diikuti dengan berbagai aktivitas yang mengembangkan kemampuan literasi dasar. Aktivitas ini beragam sesuai dengan kesiapan guru/pendidik, mulai dari
    • kegiatan tanya jawab atau diskusi yang menstimulasi kemampuan bernalar kritis dan kreatif,
    • sampai kegiatan yang lebih panjang lainnya, seperti bermain peran,
    • membuat berbagai karya, serta
    • kegiatan bermain-belajar lainnya.

Kegiatan seperti ini dapat mendukung perkembangan anak agar siap bersekolah (school-ready) dan membangun rasa gemar membaca dan berliterasi (Trealease, 2019).

Lebih lanjut, sebagaimana dikemukakan oleh para pakar kurikulum (Bignall, 2018; McPhail & Rata, 2016; Ornstein & Hunkins, 2018) bahwa kurikulum perlu perlu menyasar dimensi-dimensi pembelajaran secara holistik.

c. Pengembangan Karakter

Dengan demikian kurikulum harus membelajarkan peserta didik bukan hanya pengetahuan (knowledge), melainkan juga keterampilan (skills), dan juga nilai-nilai (values) yang baik agar peserta didik bukan hanya luas pengetahuannya, tapi juga terampil dan memiliki sikap atau karakter yang bagus.

Dengan demikian, focus pembelajaran bukan hanya mata Pelajaran yang sifatnya akademik di dalam kelas saja, melainkan juga belajar

  • berempati,
  • menolak prasangka dan bias,
  • membiasakan berperilaku baik, dan
  • mendorong untuk terlibat dalam kegiatan sosial Masyarakat.

d. Pembelajaran Sosial Emosional

Pembelajaran sosial emosional seperti ini memerlukan pengalaman belajar yang secara sadar didesain, dengan

  • relasi guru-peserta didik yang bagus,
  • pengalaman positif dengan teman sebaya,
  • pemahaman antargenerasi, dan
  • pelibatan komunitas.

Dengan demikian kurikulum memang harus menyeimbangkan, antara pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai.

e. Pembelajaran Kesehatan Jasmani dan Rohani

Selain itu, hal yang tidak boleh terlewatkan adalah kesehatan jasmani dan rohani, karena peserta didik tentu akan dapat berkontribusi lebih besar untuk masyarakat jika ia sehat jasmani dan rohani.

Bukan hanya itu, sehat jasmani dan rohani juga penting bagi peserta didik dalam belajar.

Oleh karena itu, salah satu hal yang perlu dipastikan adalah peserta didik hendaknya tidak belajar materi yang terlalu banyak (overload) yang potensial mengancam wellbeing mereka.

Oleh karena itu selain pembelajaran terkait nilai-nilai, pendidikan jasmani diperlukan. Pendidikan jasmani dalam hal ini bukan diberikan untuk mendidik calon atlet, melainkan untuk semua peserta didik agar mereka sehat jasmani dan rohani (Unesco, 2021).

sehingga dapat belajar dengan optimal, meningkatkan kepercayaan diri, koordinasi dan kontrol, kerja tim, tanggap terhadap tuntutan lingkungan fisik, dan meningkatkan kemampuan verbal dan non-verbal.

f. Integrasi Isu Global dalam Kurikulum

Berikutnya, di tengah dunia yang selalu berubah, terdapat isu-isu baru yang penting dan relevan di masa kini untuk diintegrasikan ke dalam kurikulum.

Namun, bukan berarti harus menambah konten materi, melainkan kontekstualisasi dari kompetensi-kompetensi yang akan dipelajari peserta didik selama mengikuti Pendidikan.

Misal ketika belajar Ekonomi, peserta didik tidak hanya mempelajari berbagai pengetahuan esensial terkait Ilmu Ekonomi, melainkan juga kemampuan praktis, seperti kemampuan menerapkan konsep pengelolaan finansial yang baik dalam kehidupan sehari-hari.

Isu-isu penting tersebut dapat dimasukkan dalam kategori isu prioritas, baik dalam konteks global, regional, nasional, maupun lokal.

Dalam struktur Kurikulum Merdeka isu-isu tersebut telah diakomodasi dengan memetakan kompetensi terkait

  • perubahan iklim,
  • pendidikan kesehatan, dan
  • literasi finansial ke dalam struktur kurikulum.

Sumber: Buku Kajian Akademik Kurikulum Merdeka 2024

Loading