Lambatnya Peningkatan Kualitas Pembelajaran di Kajian Kurikulum Merdeka

KurikulumMerdeka2024. Naskah Akademik Kurikulum Merdeka pada latarbelakang membahas tentang beberapa kebijakan pemerintah belum berdampak terhadap peningkatan kualitas pembelajaran.

Namun demikian, berbagai indikator kualitas hasil belajar peserta didik masih belum menggembirakan.

Peningkatan anggaran yang kemudian mewujud dalam, yaitu

  • perbaikan sarana- prasarana,
  • meningkatnya jumlah dan kualifikasi guru serta kompetensi profesionalnya,

belum berhasil meningkatkan kualitas pembelajaran yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir.

Upaya perbaikan dan peningkatan tersebut belum menyentuh esensi pembelajaran sehingga perbaikan kualitas pembelajaran yang merupakan tujuan utama belum tercapai pada tingkat yang memuaskan semua pihak.

Tidak berlebihan ketika kemudian kita persepsikan bahwa pendidikan di Indonesia tengah mengalami krisis pembelajaran, yang apabila tidak segera ditangani akan menguatkan apa yang disampaikan Pritchett (2013) sebagai schooling ain’t learning: bersekolah namun tidak belajar.

Peningkatan kualitas hasil pembelajaran perlu didukung oleh kebijakan kurikulum.

Kurikulum perlu dapat mengakomodasi keragaman yaitu

  • potensi dan kebutuhan peserta didik,
  • satuan pendidikan,
  • budaya, kondisi daerah (termasuk daerah tertinggal) untuk makin memperkecil kesenjangan pembelajaran.

Berbagai pengukuran hasil belajar peserta didik, termasuk di antaranya asesmen berstandar internasional, Programme for International Student Assessment (PISA), menunjukkan relatif rendahnya kualitas hasil belajar di Indonesia.

Di samping itu hasil PISA juga menunjukkan masih minimnya peningkatan kualitas pendidikan yang terjadi dalam kurun 20 tahun terakhir.

PISA yang dikembangkan oleh Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) mengukur capaian belajar peserta didik usia 15 (lima belas) tahun di bidang literasi, numerasi, dan sains.

Sumber: Grafik Hasil PISA dari Tahun 2000-2022

Melihat perkembangan hasil PISA dari tahun 2000-2022, dapat kita catat berbagai hal penting sebagai berikut.

  • Secara umum capaian nilai PISA Indonesia masih jauh di bawah rata-rata negara anggota OECD.
  • Capaian literasi, numerasi, dan sains sempat naik dalam beberapa tahun, kemudian kembali turun.

Ketika Pandemi Covid-19 melanda dunia sejak awal 2020, PISA kembali menyelenggarakan asesmen pada tahun 2022.

Pandemi Covid-19 yang banyak membatasi ruang gerak pendidikan dan proses pembelajarannya menyebabkan terjadinya learning loss secara signifikan.

Berdasarkan hasil PISA 2022, capaian literasi, numerasi, dan sains peserta didik Indonesia secara internasional mengalami penurunan yang signifikan.

Namun penurunan nilai yang dialami Indonesia lebih sedikit dibanding banyak negara lain, sehingga membuahkan kenaikan posisi kita dalam peringkat internasional (Schleicher, 2023).

Rendahnya kualitas pembelajaran salah satunya disebabkan oleh desain kurikulum yang memuat materi yang terlalu padat sehingga

  • guru merasa perlu mengejar ketuntasan materi, dan
  • akibatnya guru tidak memiliki fleksibilitas untuk membantu setiap peserta didik mencapai kompetensi minimum.

Senada hal yang disampaikan Beatty dan Pritchett (2012), bahwa negara-negara berkembang umumnya terlalu ambisius dalam menentukan target kurikulum tanpa mengindahkan kondisi peserta didik, sehingga kemajuan belajar justru berjalan lambat


Sumber: Buku Kajian Akademik Kurikulum Merdeka 2024

Loading