KurikulumMerdeka2024. Naskah Akademik Kurikulum Merdeka pada Intrakurikuler Kurikulum Merdeka membahas tentang Penggunaan fase di Capaian Pembelajaran.
Penggunaan Fase di Intrakurikuler Kurikulum Merdeka 2024
Penggunaan Fase. Perbedaan lain antara KI-KD dalam Kurikulum 2013 dengan CP dalam Kurikulum Merdeka adalah rentang waktu yang dialokasikan untuk mencapai kompetensi yang ditargetkan. Sementara KI-KD ditetapkan per tahun, CP dirancang berdasarkan fase-fase.
Fase di Intrakurikuler Kurikulum Merdeka 2024
Fase adalah tahapan perkembangan belajar peserta didik. Rentang waktu yang lebih panjang ditetapkan agar materi pelajaran tidak terlalu padat dan peserta didik mempunyai cukup banyak waktu untuk memperdalam materi dan mengembangkan kompetensi. Satu Fase memiliki rentang waktu yang berbeda- beda, yaitu:
- (1) Fase Fondasi yang dicapai di akhir PAUD,
- (2) Fase A umumnya untuk kelas I sampai II SD/sederajat,
- (3) Fase B umumnya untuk kelas III sampai IV SD/sederajat,
- (4) Fase C umumnya untuk kelas V sampai VI SD/sederajat,
- (5) Fase D umumnya untuk kelas VII sampai IX SMP/sederajat,
- (6) Fase E untuk kelas X SMA/sederajat, dan
- (7) Fase F untuk kelas XI sampai XII SMA/ sederajat.
a. Pemisahan Fase
Dengan menggunakan Fase, suatu target capaian kompetensi dicapai tidak harus dalam satu tahun tetapi beberapa tahun, kecuali di kelas X jenjang SMA/sederajat. Fase-fase ini diselaraskan dengan teori perkembangan anak dan remaja dan juga dengan struktur penjenjangan pendidikan.
Selain itu, terdapat pertimbangan kebijakan seperti pemisahan di jenjang SMA untuk fase E dan F karena struktur kurikulum di jenjang SMA/sederajat yang terbagi menjadi dua, yaitu kelas X dimana peserta didik mengikuti seluruh mata pelajaran, dan kelas XI-XII di mana selain mengikuti mata pelajaran umum, peserta didik memilih mata pelajaran sesuai minat, bakat, dan aspirasi masing-masing.
b. Fokus Fase E di Intrakurikuler
Pemisahan fase dilakukan untuk penyusunan kompetensi CP yang berbeda tujuan umum di SMA, yaitu di Fase E kelas X dimana fokusnya adalah penguasaan kompetensi yang lebih dasar seperti di SMP, sementara Fase F mulai fokus di peminatan dan persiapan studi lanjut untuk berbagai bidang.
c. Manfaat Fase Kurikulum Merdeka
Penggunaan istilah “Fase” dilakukan untuk membedakannya dengan kelas karena peserta didik di satu kelas yang sama bisa jadi belajar dalam fase pembelajaran yang berbeda. Ini merupakan penerapan dari prinsip pembelajaran sesuai tahap capaian belajar atau yang dikenal juga dengan istilah teaching at the right level (mengajar pada tahap capaian yang sesuai). Sebagai contoh, berdasarkan asesmen kelas terdapat peserta didik kelas V SD yang belum siap mempelajari materi pelajaran Fase C (fase dengan kompetensi yang ditargetkan untuk peserta didik kelas V pada umumnya).
Berdasarkan hasil asesmen tersebut, maka peserta didik tersebut mengulang pelajaran di Fase B (fase untuk kelas III-IV) yang belum mereka kuasai.
d, Pembelajaran Terdiferensiasi
Pembelajaran terdiferensiasi sesuai tahap capaian peserta didik tersebut mengindikasikan bahwa kebijakan dan praktik tinggal kelas atau tidak naik kelas diharapkan dapat ditinggalkan. Kebijakan tinggal kelas secara empiris tidak meningkatkan prestasi akademik mereka.
Dalam survei PISA 2018, skor capaian kognitif peserta didik yang pernah tinggal kelas secara statistik lebih rendah dibandingkan mereka yang tidak pernah tinggal kelas (OECD, 2021). Hal ini menunjukkan bahwa mengulang pelajaran yang sama selama satu tahun tidak membuat peserta didik memiliki kemampuan akademik yang setara dengan teman- temannya, melainkan tetap lebih rendah. Hal ini dimungkinkan karena yang dibutuhkan oleh peserta didik tersebut adalah pendekatan atau strategi belajar yang berbeda, bantuan belajar yang lebih intensif, waktu yang sedikit lebih panjang, namun bukan mengulang seluruh pelajaran selama setahun.
Sumber: Buku Kajian Akademik Kurikulum Merdeka 2024