Implementasi Kurikulum Merdeka Melalui Pembelajaran Konstruktif

KurikulumMerdeka2024. Naskah Akademik Kurikulum Merdeka pada Implementasi Kurikulum Merdeka membahas tentang IKM Melalui Pembelajaran Konstruktif.

Prinsip Implementasi Kurikulum Merdeka Melalui Pembelajaran Konstruktif

Pada bab sebelumnya dijelaskan bahwa Kurikulum Merdeka berupaya untuk menerapkan teori belajar konstruktivisme. Menurut teori ini, peserta didik merupakan pelaku aktif pembelajaran yang mengonstruksi pengetahuan mereka melalui interaksi dan pengalaman nyata.

Dalam hal implementasi kurikulum, guru juga perlu diberi kesempatan untuk belajar menggunakan pendekatan yang sama, yaitu melalui pengalaman menggunakan Kurikulum Merdeka. Mereka juga perlu belajar melalui observasi dan narasi yang disampaikan oleh sesama guru yang menerapkan kurikulum pada konteks yang berbeda dan/atau juga dari guru dan satuan pendidikan yang sudah menerapkannya lebih dahulu.

Dengan demikian, proses belajar untuk mengimplementasikan kurikulum tidak hanya melalui sosialisasi dan pelatihan formal dari pemerintah (top-down), tetapi juga perlu pendekatan yang lebih konstruktif. Hal ini akan mengubah tradisi implementasi kurikulum yang biasa diterapkan di Indonesia yang banyak menggunakan pendekatan arahan dari atas (top down).

Kajian evaluasi Kurikulum 2013 yang dilakukan Rusman dkk. (2021) menjelaskan bahwa untuk mendukung implementasi Kurikulum 2013, Kemendikbud melakukan pelatihan, pendampingan, dan monitoring.

Contohnya, untuk pelatihan guru dilaksanakan melalui mekanisme cascading atau mengalir dari atas ke bawah, yang terdiri dari tiga tahap, yaitu penyiapan narasumber, pelatihan instruktur nasional, dan pelatihan kepala sekolah, pengawas sekolah dan guru sasaran.

Sedangkan untuk pendampingan dilakukan oleh pendamping yang dipilih dari guru-guru terbaik dan sudah terlatih sebagai guru pendamping.

Model dukungan implementasi ini masih bernuansa top-down, di mana ada pihak yang dinilai sebagai “pakar” yang ahli tentang kurikulum dan pihak guru yang diposisikan lebih rendah meskipun sebenarnya mereka yang lebih memahami konteks dan penentu arah kebijakan yang benar-benar akan diimplementasikan (Ball et al., 2012; Lipsky, 1980).

Akibat dari proses yang demikian juga disampaikan dalam laporan Rusman dkk (2021) bahwa sosialisasi yang dilakukan Kemendikbud dinilai belum relevan dengan kebutuhan guru, dan belum optimal terutama untuk pengawas, penilik, dan kepala sekolah.

Hal ini yang ditengarai memunculkan persepsi yang berbeda pada implementasi Kurikulum 2013 di lapangan, sebab dari hasil evaluasi kegiatan sosialisasi tersebut belum berdampak terhadap pemahaman guru, tenaga kependidikan, dan kinerja guru.

Evaluasi yang dilakukan Sisdiana dkk. (2019) tentang implementasi Kurikulum 2013 juga menemukan kelemahan proses pembelajaran yang top-down. Sisdiana dkk. mendapatkan bahwa pada umumnya dinas pendidikan di daerah melakukan pendampingan setidaknya satu kali terhadap kepala sekolah yang ada di wilayahnya.

Namun, dari pendampingan ini ditemukan bahwa beberapa kepala sekolah tidak mengetahui secara khusus kebijakan yang dikeluarkan oleh dinas pendidikan terkait implementasi Kurikulum 2013. Misalnya di Kota Sorong, pelatihan Kurikulum 2013 dilakukan hanya satu kali pada tahun 2017 dan hal tersebut dinilai kurang memberikan pemahaman kepala sekolah untuk mengimplementasikan Kurikulum 2013. N

amun demikian, hal ini tidak ditemukan di daerah yang lain, misalnya di Yogyakarta di mana forum belajar yang diselenggarakan pemerintah lebih sering dilakukan. Temuan tersebut mengindikasikan adanya kesenjangan dalam proses sensemaking ketika strategi belajar yang diterapkan mengandalkan proses belajar formal.

Berdasarkan evaluasi tersebut, dibutuhkan penguatan strategi yang memberikan kesempatan kepada satuan pendidikan dan pendidik untuk belajar mengimplementasikan kurikulum secara lebih konstruktif.

Pendekatan yang dinilai efektif adalah melalui jejaring (network) yang memberikan kesempatan yang asing dan yang mereka anggap tidak memahami kompleksitas pekerjaan mereka sebagai guru.

Melalui jejaring sosial, menurut Daly dan Little, guru belajar dari keberhasilan dan juga kegagalan guru lainnya, bahkan juga “tertular” untuk menerapkan kebijakan atau bahkan menolaknya. Proses belajar sesama guru tersebut, menurut Senge dkk. (2012), adalah proses organik yang dapat menjadikan implementasi kebijakan lebih berkembang (scale up) dan berkelanjutan (sustainable).

Saat ini, para guru di Indonesia telah memiliki komunitas belajar, asosiasi guru, serta himpunan yang dapat didukung pemerintah dan juga dimanfaatkan untuk membantu proses implementasi kurikulum. Selain itu, jejaring pembelajaran sesama pendidik juga sangat terbantu dengan pemanfaatan teknologi digital.

Untuk mendukung proses pembelajaran secara kolaboratif antarguru di seluruh Indonesia, Kemendikbudristek mengembangkan Platform Merdeka Mengajar (PMM). Dalam platform tersebut, para pendidik dapat belajar dan berbagi praktik pembelajaran yang mereka lakukan menggunakan Kurikulum Merdeka serta mendiskusikannya.

Platform Merdeka Mengajar memiliki tiga fitur utama yaitu mengajar, belajar, dan karier pendidik. Pada fitur mengajar, terdapat produk perangkat ajar dan asesmen murid. Berbagai perangkat ajar pada fitur ini dapat digunakan guru sebagai referensi untuk mengembangkan praktik mengajar sesuai dengan Kurikulum Merdeka. Lalu untuk asesmen murid dapat membantu guru melakukan asesmen diagnostik literasi dan numerasi dengan cepat sehingga guru dapat menerapkan pembelajaran yang sesuai dengan tahap capaian dan perkembangan peserta didik.

Pada fitur belajar, terdapat materi pelatihan dan beragam video inspirasi untuk guru dapat mengembangkan diri dan terus belajar. Sementara pada fitur karier, berisi bukti karya atau portofolio guru yang mana guru-guru dapat saling berbagi inspirasi dan berkolaborasi.

Platform ini terbuka untuk pendidik terlepas telah atau belum menerapkan Kurikulum Merdeka sehingga semua guru dapat belajar terkait prinsip dan contoh-contoh yang diterapkan dalam Kurikulum Merdeka.


Sumber: Buku Kajian Akademik Kurikulum Merdeka 2024

Loading