KurikulumMerdeka2024. Naskah Akademik Kurikulum Merdeka pada muatan pembelajaran intrakurikuler di struktur kurikulum membahas tentang perubahan Bahasa Inggris menjadi mata pelajaran wajib di SD
Bahasa Inggris Mata Pelajaran Wajib Kurikulum Merdeka di SD di Naskah Akademik
Bahasa Inggris menjadi mata pelajaran wajib di SD.
Penetapan Bahasa Inggris menjadi mata pelajaran wajib di kurikulum SD dengan tiga hal:
- (1) bahasa Inggris sebagai kebutuhan seluruh anak Indonesia,
- (2) keselarasan kurikulum Bahasa Inggris, dan
- (3) pemerataan kualitas pembelajaran.
1. Bahasa Inggris menjadi Kebutuhan
Bahasa Inggris telah menjadi lingua franca atau basantara, termasuk untuk masyarakat di Asia Tenggara yang menggunakan bahasa ibu dan bahasa resmi yang berbeda-beda (Kickpatrick, 2010). Untuk dapat berkomunikasi lintas budaya dan antarbangsa, memperluas pilihan tujuan studi lanjutan, serta berperan aktif sebagai masyarakat dunia, keterampilan Bahasa Inggris merupakan kebutuhan dasar yang perlu dimiliki seluruh anak Indonesia. Hal ini juga sesuai dengan komitmen Pemerintah untuk mengembangkan setiap dimensi dalam profil pelajar Pancasila termasuk berkebinekaan global.
2. Keselarasan Bahasa Inggris di SD
Masalah keselarasan kurikulum Bahasa Inggris dalam kurikulum nasional juga menjadi salah satu pertimbangan yang mendorong anjuran kepada satuan pendidikan dan pemerintah daerah untuk mengajarkan mata pelajaran ini.
Salah satu temuan evaluasi Kurikulum 2013 yang dilakukan Pusat Kurikulum dan Perbukuan adalah kerancuan dalam kompetensi yang harus dicapai Peserta didik jenjang SMP. Tanpa ada pendidikan Bahasa Inggris di jenjang SD, mereka diharapkan untuk mencapai kompetensi yang sebenarnya merupakan kemampuan tahap menengah (intermediate level). Artinya, tanpa ada pembelajaran di level dasar (basic level), mereka langsung diharapkan mencapai level yang cukup kompleks.
Ada dua opsi sebagai solusi dari masalah kesenjangan capaian kompetensi ini.
- Pertama, mengubah target Capaian Pembelajaran mata pelajaran Bahasa Inggris di jenjang SMP agar lebih sederhana. Opsi ini mengindikasikan penurunan standar kompetensi dan justru bertentangan dengan tujuan utama penguatan pendidikan Bahasa Inggris. Oleh karena itu, opsi ini tidak dipilih.
- Kedua, dan merupakan opsi yang dipilih sebagai solusi, adalah menyediakan pendidikan Bahasa Inggris level dasar di jenjang SD.
Mengajarkan Bahasa Inggris sejak dini dengan kebijakan, perencanaan, dan penyelenggaraan yang dirancang dengan hati-hati akan mendorong penguatan fondasi Bahasa Inggris. Kajian menunjukkan bahwa manfaat utama mengajarkan Bahasa Inggris di jenjang SD antara lain adalah terbangunnya rasa percaya diri untuk menggunakan Bahasa Inggris sekaligus membangun kesadaran global dan kompetensi antarbudaya (Singleton, D., 2003, Harmer, J., 2012, Moon, J, 2005).
Manfaat utama mengajarkan Bahasa Inggris di jenjang SD antara lain adalah terbangunnya rasa percaya diri untuk menggunakan Bahasa Inggris sekaligus membangun kesadaran global dan kompetensi antarbudaya
Dengan demikian, mata pelajaran ini tidak sekadar mengajarkan teknik dan keterampilan berbahasa Inggris, tetapi juga mengembangkan wawasan global di mana peserta didik dapat lebih mudah memahami perbedaan budaya sehingga terbangun sikap toleran.
3. Pemerataan Kualitas Pembelajaran
Kemampuan berbahasa Inggris juga berpotensi untuk menjadi faktor yang berkontribusi pada kesenjangan kualitas belajar antar peserta didik dan antarsatuan pendidikan. Saat pembelajaran dari rumah di masa pademi COVID-19 dilaksanakan, sumber pembelajaran dalam jaringan sangat dibutuhkan baik oleh pendidik maupun oleh peserta didik.
OECD (2020c) melakukan pendataan sumber- sumber pembelajaran daring dari berbagai negara dan dikembangkan oleh pemerintah dan masyarakat, yang dapat diakses secara terbuka. Namun demikian, mayoritas sumber belajar yang telah dikurasi kualitasnya tersebut menggunakan Bahasa Inggris sebagai bahasa pengantarnya. Sehingga, ketika guru dan peserta didik kurang memiliki kemampuan Bahasa Inggris, sumber-sumber belajar yang sebenarnya berpotensi untuk memitigasi ketertinggalan pembelajaran (learning loss) tetap tidak dapat diakses.
Sementara untuk satuan pendidikan yang telah menyelenggarakan pembelajaran Bahasa Inggris, sumber-sumber belajar tersebut dapat diakses dengan lebih leluasa. Oleh karena itu, menguatkan kemampuan berbahasa Inggris pada mayoritas sekolah dasar di Indonesia diharapkan dapat memperkecil kesenjangan kualitas belajar. Hal ini juga senada dengan cita-cita untuk mewujudkan peserta didik yang memiliki semangat pelajar sepanjang hayat.
Tidak dapat dipungkiri bahwa literatur dan referensi yang berkualitas untuk mempelajari berbagai hal kebanyakan diterbitkan dalam bahasa Inggris, sehingga penguasaan berbahasa Inggris menjadi salah satu modal utama peserta didik untuk dapat terus belajar sepanjang hidupnya.
Di beberapa kabupaten/kota proporsi SD yang mengajarkan mata pelajaran Bahasa Inggris cukup tinggi. Di beberapa kabupaten/ kota tersebut, bahasa Inggris merupakan mata pelajaran yang diwajibkan sebagai muatan lokal. Dengan demikian, beberapa pemerintah daerah sudah melakukan inisiatif untuk menguatkan Bahasa Inggris di jenjang SD. Sementara itu, di DKI Jakarta Bahasa Inggris tidak menjadi satu mata pelajaran tersendiri, melainkan terintegrasi dalam muatan lokal Pendidikan Lingkungan dan Budaya Jakarta (PLBJ).
Kendala Pembelajaran Bahasa Inggris
Data empiris menunjukkan bahwa proporsi SD yang sudah mengajarkan mata pelajaran Bahasa Inggris masih relatif rendah. Menurut studi yang dilakukan PSKP terhadap 492 satuan pendidikan jenjang SD, alasan terbesar satuan pendidikan belum menyelenggarakan pelajaran bahasa Inggris terutama karena belum memiliki guru Bahasa Inggris (41,27%), belum ada arahan kebijakan (27,51%), masih fokus pada keterampilan dasar peserta didik (seperti literasi dan numerasi) (14,02%), pengajaran bahasa Inggris belum menjadi prioritas (7,14%), perangkat ajar belum memadai (4,50%), dan alasan lainnya (5,56%) (PSKP, 2023).
Selain itu, studi tersebut juga menemukan bahwa kompetensi guru dalam mengajarkan mata pelajaran bahasa Inggris masih perlu ditingkatkan karena terdapat 80% guru masih berada di level A2 (elementary)/kurang. Tes tersebut dilakukan kepada guru untuk mengetahui kemampuan bahasa Inggris secara umum, namun dan tidak mencakup kemampuan speaking dan metode mengajar bahasa Inggris secara efektif (PSKP, 2023).
Namun demikian, guru maupun kepala sekolah setuju pentingnya bahasa Inggris sebagai mata pelajaran utama dalam kurikulum. Mayoritas kepala sekolah (96% responden) mengakui pentingnya pengajaran bahasa Inggris sebagai mata pelajaran utama dalam kurikulum.
Sementara itu, 95% guru juga menyatakan setuju terhadap rencana kebijakan bahasa Inggris sebagai mata pelajaran wajib di SD.
Selain itu, guru juga setuju bahwa bahasa Inggris sebagai mata pelajaran wajib perlu segera diimplementasikan secara bertahap. Para guru mengakui beberapa manfaat signifikan yang mungkin dihasilkan dari kebijakan ini. Salah satunya adalah kemampuan berbahasa Inggris yang memadai bagi lulusan SD, yang memungkinkan mereka mengikuti berbagai kompetisi dan memperkuat minat belajar bahasa Inggris. Pengajaran bahasa Inggris sejak dini di SD juga dipandang esensial untuk membentuk dasar kemampuan berbahasa yang akan berperan penting dalam pendidikan lanjutan.
Strategi Pemerintah dan Bahasa Inggris di SD
Berdasarkan hasil studi di atas, Kemendikbudristek mengembangkan peta jalan pendidikan Bahasa Inggris yang merumuskan strategi untuk menyiapkan bahasa Inggris sebagai mata pelajaran wajib, termasuk penyiapan tenaga pendidik dan berbagai pendukung pembelajaran lainnya. Dengan demikian, dalam jangka waktu menengah, mata pelajaran ini akan menjadi mata pelajaran wajib di SD. Implementasi diwajibkannya mata pelajaran bahasa Inggris dimulai pada tahun ajaran 2027/2028. Ini dilakukan untuk memberikan waktu bagi satuan pendidikan mempersiapkan diri dan bertransisi.
Selama proses ini, kementerian menyediakan pelatihan guru yang akan mengajar dan pemerintah daerah bertanggung jawab mendukung proses transisi melalui penyediaan guru bahasa Inggris pada jenjang SD/MI dalam masa peralihan.
Satuan pendidikan yang telah merasa siap juga dapat mulai mengajarkan mata pelajaran bahasa Inggris sebelum diwajibkan pada tahun ajaran yang telah ditetapkan. Diwajibkannya bahasa Inggris di SD dimulai dari fase B.
Hal ini berdasarkan pertimbangan bahwa pada fase A, sebagian peserta didik masih berada pada tahap penyesuaian penggunaan bahasa daerah/bahasa ibu dengan bahasa Indonesia dalam pembelajaran. Selain itu, pada fase B kemampuan fondasi peserta didik sudah relatif baik karena telah menguasai kemampuan membaca, menulis, dan berhitung yang cukup sehingga akan memudahkan pembelajaran bahasa Inggris yang dilakukan (PSKP, 2023).
Sumber: Buku Kajian Akademik Kurikulum Merdeka 2024